Rabu, 21 Agustus 2013

Unidentified Feeling

Kalo dipikir, aneh tiba-tiba mikirin dia terus

Padahal awalnya cuma mimpi, jadi keterusan

Sampe sekarang..

Anehnya, kalo emang suka, aturan ngedeketin

Bukan ngejauhin, bahkan mulai percakapan pendek aja gaberani

Mungkin perasaan ini lain, datang dengan cara yang lain juga

Tapi, belum boleh overthinking dulu

Yang aneh lagi, liat mata aja ga berani

Ga mungkin kan kalo keseringan ketemu mata terus-terusan diliatin

Diitung-itung udah berapa kali pernah ketemu mata dan sama-sama lempar mata

Nanya apaa aja, awkward banget rasanya

Sudahlah, Allah yang ngasih rasa ini, Allah juga yang bakal mengambilnya

Dengan waktunya yang indah dan tepat

Mungkin, hanya untuk menghibur, atau malah ujian..

Cukuplah, ngga perlu relasi yang berlebihan

Cukup mengucap namanya dalam doa 5 waktu, dan sebelum tidur

Semoga Allah selalu memberinya ketenangan hati

Amin..

23:23

Sabtu, 17 Agustus 2013

Manusia

Bismillah..

Ini masalah yang sama sekali ga bisa saya selesaikan.

Kalo seorang Hayu Lesya Putri udah pake bahasa SAYA dan ANDA, artinya batas maksimal emosi sudah terlampaui, ditandai dengan reaksi fisik berupa tangan mendingin dan menjawab segala hal seperlunya.
*CUKTAU AJA BRO SIST*

Dan, one thing but not least is,

Dari sekian banyak jenis stresor psikososial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, para pakar memberikan beberapa contoh antara lain perkawinan, problem orangtua, hubungan interpersonal (antar pribadi), pekerjaan, lingkungan hidup, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik atau cidera, faktor keluarga dan trauma.
(Hawari, 2001)

Udah bisa nebak dong masalah saya ini tentang apa?

Yang saya dengar, "mereka" mengekspektasikan harapan tinggi. Gimana kalau ternyata ekspektasi itu menjadi sia-sia dikala tidak diimbangi dengan support dan perlakuan yang baik terhadap saya yang diekspektasikan setinggi Empire State..

Dapet beasiswa, kuliah akuntansi, masuk UI, itu baru ekspektasi. Eksekusi? Kalo terus menerus berteriak tentang sesuatu yang bahkan tidak penting untuk diributkan, saya ga bisa jamin kalau ekspektasi-ekspektasi yang tinggi itu terwujud. Anggaplah, the price isn't balance with your payment

Kalau nanti ternyata memang tidak benar-benar terwujud, yang menjadi bahan cemoohan kembali lagi ke saya? Heran, 

Tuhan sudah menciptakan cermin bagi manusia, bukan untuk kucing, lalu kenapa manusia itu sendiri masih kebingungan bagaimana cara menggunakannya?

Terlalu banyak hal yang harus aku tulis, dan sayangnya terlalu personal. Tapi, kalau ceritanya begini terus, batas kesabaran masih membentang, meskipun entah seberapa panjang jaraknya, yang pasti saya merasa bahwa yang sudah saya lakukan tidak ada yang membantu..

Eventhough change is a necessary element in societal behaviour, if it is too intense or too massive, the participants may cease reaping its rewards and begin realizing how devastating it can be 
(Toffler, 1970)

Dalam hal ini, memang saya berkesan cuek, karena saya kali ini paling lelah mendengar keributan. Meskipun saya juga sering terlibat dalam keributan, tapi kali ini, keributan yang sama sekali tidak saya ributkan. Ngerti ngga? Iya, disini ribut, tapi saya memilih DIAM, tidak mengatakan dan berkomentar apapun. Bahkan, setiap "mereka" membicarakannya, saya berkesan "kabur"

Jelas, kalau saya tanggapi, "mereka" makin tidak menyetujui saya, tidak menggubris, atau bahkan tidak peduli dengan apa yang saya katakan. Cenderung mengarah ke "menganggap saya belum cukup dewasa untuk mengerti hal ini"

Padahal, kalau di teliti lagi, jika kondisinya di balik, saya tidak akan bereaksi dengan reaksi yang sama seperti apa yang "she" lakukan. Ditambah lagi dengan kebingungan yang saya dapati saat "he" terus-terusan menjadi bahan semprotan "she", untungnya "he" tetap sabar dan berkesan mendengar daripada menjawab tapi nada "she" makin tinggi, didalam hati pun saya menjawab "Plis, itu masalah kecil, kenapa egois banget sih? Kenapa ga dewasa sih? Udah tua kok mikirnya masih bijak juga saya? Kenapa kasar banget sih? Harusnya kan "she" hormat dong sama "he". Kepengen kali masuk Insect Investisasi biar eksis. Gausah pake nada tinggi sampe tetangga denger dong? Ga malu apa? Gatau nih saya dan sebangsa saya ini nanti kalau ke luar rumah muka mau ditaro dimana?" (Ya di kepala masa di boko*g)

Mungkin saya yang bertindak kekanak-kanakan karena dengan teganya masalah ini saya tulis dalam blog terbuka macam begini. Tapi, berhubung saya tidak bisa menahan diri dan cenderung stres, masa mau curhat sama kucing liar depan rumah, makin saya stres.

Sudahkah saya bilang bahwa 
Saya tidak suka jika anda men JUDGE seseorang tetapi anda lupa men JUDGE diri anda sendiri, sama saja anda memakan kotoran anda sendiri. 

Tidak ada niatan saya untuk mengyinggung siapapun dalam blog ini, tapi memang sebenarnya saya sudah tidak bisa menahan hingga esok jika memang ternyata esok hari keadaan menjadi semakin buruk. Saya pernah mengalami yang lebih dari ini, hingga merusak properti, tapi sejauh ini, dalam situasi setelah lebaran yang masih khusyu dan damai, saya tidak suka ada yang mengusik kedamaian fitri ini. Sayangnya, tahun ini memang tahun yang paling berat bagi saya, haha, sejak tahun 2012 juga sudah sangat kacau rasanya. Terakhir saya merasakan hal yang baik adalah tahun 2011, dimana semuanya berjalan sesuai dengan apa yang saya harapkan, yang saya ekspektasikan.

Apa itu ekspektasi? Hanya setumpuk asa berbumbu omong kosong, hina, dan tidak ada artinya. Bagaimana dengan harapan? Emang masih ada? Ngga nyetok kali~

Salam super.. me

Jumat, 16 Agustus 2013

Poetry, Could It Be?

Mungkin memang hanya malam yang bisa menjawab

Juga bantal dingin yang bisa menampung air mata

Bagaimana dengan Tuhan?

Rasanya fana, tapi akankah ada?

Batin bergejolak saat hati pun tak menyahut sibak

Siksa dalam diri dengan doktrin iblis yang tiada henti bermuara

Tutup mata, hati, telinga, belum juga tiada

Kepala sudah tak sanggup lagi menahan

Dada sudah terlalu sesak memendam

Bak kata tak berwujud dunia

Doa hanya tinggal doa

Menengadah tangan, rasa sangat berdosa

Baru sebentar

Sudah menyerah

Hanya sedetik masa

Sudah ambruk yakin jiwa

Mungkin iya, mungkin tidak

Yang pasti hanya tiada


Sudah, air mata sudah bebas

Masih lagi saja datang

Jika dunia pun tak menjabat

Tengadah tangan kan kosong sia-sia


Tiada isi

Tak berarti

Sakit

Luka tanpa fisik

Amarah, sekepal tak berbagi

Jantung bagai berlari

Mencari kebenaran sejati


Dunia ini memuakkan

Tiada bisa dibanggakan

Mimpi hilang tanpa angan

Sabar, sampai kapan?


Baru sebentar, yakin jiwa tak berdaya


Baru sekali, tak mau lagi