Tadinya ini akan aku jadikan nama blog ini. Tapi, I have so many silly things in my life and it happens at my high school.
Diksi, yaa yaa, diksi adalah pemilihan kata. Hal ini digunakan tak hanya saat kamu membuat puisi, tapi juga saat kamu berbicara, apalagi menulis. Seberapa cepat seseorang berbicara, maupun menulis, hal tersebut menunjukkan seberapa cepat dia memilih diksinya sendiri. Kalau diterjemahkan, seberapa cepat ia mengambil keputusan dalam hidupnya.
Kenapa? Karena hal ini sangat-sangat penting. Kalian bisa saja mengubah haluan hidupmu saat kamu berbicara hanya seberapa patah kata. Bahkan mungkin berbuat dosa seperti menyakiti apalagi memfitnah seseorang.
Fitnah, jelas, this is part of my silly life at my high school. Fitnah biasanya jarang saya dapatkan, sebagian orang di sekolahku kebanyakan tidak berani menyatakan fitnah, karena untungnya aku ada di lingkungan orang-orang yang intelektualitasnya tinggi, mungkin itu di SMP, kalau di SMA, beda lagi ceritanya.
Kamus milikku berbeda dengan milikmu. Geng dalam kamusku artinya "sekumpulan orang pengecut yang hanya berani datang bersama-sama, tapi tak pernah berani jika ia sebatang kara". Itu sangat terbukti.
Saat itu, kelas sangat ramai. Aku dan Angel, teman sebangkuku, teman bertukar pengalaman spiritual mengenai agama. Toleransi yang menjadi modal kami bisa menjadi sahabat yang tak bisa terpisahkan. Datang segerombol anak laki-laki yang menjual yoghurt. 2 kali mereka datang ke kelasku. Saat kedatangan mereka yang terakhir, ini ceritanya.
Angel sedang sakit. Dia tidur. Mungkin karena dia terlalu lelah harus menjadi panitia acara di Gerejanya. Segerombol anak geng itu masuk. Aku tau itu geng apa, paling eksis di sekolah deh. Mereka melihat Angel yang tengah tertidur dengan pulasnya di atas meja. Aku yang mengetahui apa yang akan mereka lakukan segera bersiap. Benar saja
"Woy, tawarin ke anak ini niiih *nunjuk Angel*"
Kurang ajar. Dateng ke kelas orang, niat jualan, malah kaya gitu. Oke, you make a mess with my bestfriend means you make a mess with me.
"APA SIH KAMU TUNJUK-TUNJUK!"
Aku ingat sekali. Anak laki-laki itu segera mundur ke belakang tubuh temannya, temannya pun berkata "Apa sih kamu? Apa sih kamu?"
Sepertinya dia bingung dengan diksi yang tepat untuk membalas teguran yang tak terduga dari seorang anak perempuan di samping orang yang mereka ejek. Oke, 2 perempuan, lawan 5 cowo gengster alias cupu alias pengecut.
Angel memang belum bangun. Tapi, aku tahu tidurnya pasti tengah terusik.
Satu lagi, yang namanya Ian gamau kalah mancing mania! Haha mancing SEABASS! Ia teriak selantang-lantangnya seperti orang di terminal sambil tepuk tangan "WOY JANGAN TIDUR DI KELAS WOOY!!"
Segeralah Angel bangun. Melihat Angel bangun langsung aku ambil ancang-ancang kata tamparan yang tepat!
"APA SIH KAMU? BISA GA SIH NGGA GANGGUIN ORANG?!"
"APA SIH KAMU, APA SIH KAMU?"
Itu balesan Ian, diksi yang paling kampungan yang pernah aku dengar!
Kali ini, Angel angkat bicara
"APAAN SIH KAMU? UDAH SANA!"
"OH JADI KAMU NGUSIR?"
Ferdiawan, dia anak yang sekarang menyentuh meja kami. Darahku sudah sampai ke ubun-ubun. Ini memang saatnya Angel yang bicara.
"INI KAN KELAS SAYA, TERSERAH SAYA DONG MAU NGUSIR KAMU!"
Hahahaaaaaaa, Angeeel! My really angelatooos! Kini, aku tak ingin menamparnya, tapi menghabisinya!
Ferdiawan sih masih angkat bicara "TRUS NGAPAIN KALIAN MARAH-MARAH?"
Ini bagianku! "SAYA NGOMONG SEPERTI ITU TADI SALAH TIDAK?!"
Ferdiawan hanya bisa menengok ke belakang karena kebingungan dengan diksinya. Anak geng tuh cuma disemprot gitu doang, KO! KALAH! TELAK! Aku ingat sekali teman sekelasku tiba-tiba hening dan melihat ke arahku dan Angel.
Angel dengan sekali kibasnya "UDAH SANA PERGI KAMU!"
Ferdiawan dengan bodohnya bilang " KAMU KENAPA SIH?"
"SAYA PUSING, SANA PERGI!"
"Kalo pusing, MINUM OSKADON!"
"OKELAH SIP!!!!"
Mereka keluar sambil teriak-teriak.
Mereka teriak tanda malu, kalah dengan perempuan! Sekalinya habis 1 libas langsung KO, langsung mundur!
Baru juga kelas 1, anak geng lagi, udah blagu, gimana kamu kelas 3~
Dikemudian hari. Kelas kami memang letaknya lebih jauh dari kelas Ian dan Ferdiawan itu. Otomatis, setiap aku dan Angel masuk kelas pastilah melewati kelas mereka. Sebelum kejadian itu, sering sekali kami dipanggil "Hey kamu, itu resletingnya aduuuh" "Eh, itu tasnya kebuka!" "Eh itu ada kodok!"
Semenjak kejadian adu mulut di kelas tempo hari itu, mereka tak pernah berani berkutat apapun saat kami lewat. Bahkan melihat saja mereka tak berani! Haha, itu yang namanya berani mati untuk menang. Suatu hari, bisa saja aku dicegat dijalan dan dihabisi sama angggota gengnya yang lain
Untuk saya, saya tak pernah takut menghadapi pengecut kelas kakap, ehm, kelas SEABASS begitu!
Yah, begitulah. Kadang kejahatan tak selamanya harus dilawan secara lembut. Sekali gertak, habis sudah.
Ini maksud saya tentang diksi. Selama kamu pandai pandai menentukan diksi dalam tulisan maupun lisanmu, hal itu bisa membuktikan bagaimana cepat kamu mengubah haluan hidupmu. Sekalinya kamu kalah perang, bukan berarti kamu tidak bisa menang di perang lain. Tentu saja, selama dalam perang kamu memegang teguh KEBENARAN. Kamu memegang teguh KESOPANAN dan MENGHARGAI sesama. Itu yang saya junjung sejak tadi, nyatanya, saya menang perang setelah beberapa hari yang lalu kalah oleh si Ian dan Ferdiawan itu
Titik balik derajat hidup saya dimata gengster sekolah baru saya. Bangga, tapi juga tidak
Hal seperti ini patut dipelajari, diilhami, tapi harus juga dibuang. Hal seperti ini, yang membuatmu merasa menjadi seorang yang paling hebat, adalah salah satu titik nadir kamu akan menajdi orang yang rendah diri. Mau disebut rendahan? Saya pikir tidak!
Oh iya, satu lagi yang tak kalah pentingnya
Oh iya, satu lagi yang tak kalah pentingnya
Mengalah itu tidak kalah, melainkan menang secara hakiki.
Selamat Memilih Diksimu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar