Senin, 27 Oktober 2014

Pinang Terbelah Dua

"Chil, apa kabar kamu?"
"Baik, aku masuk dulu yaa"

Hari itu sungguh tragis rasanya. Bisa-bisanya aku bertemu dengan seonggok masa lalu yang rasanya ingin ku bakar dan ku kubur abunya. Reflek cepat tanganku meraih BB ku di dalam jaket almamater ini, speed dial "P" dan tak sampai 2x nada sambung Mas Firman sudah menyapa di sebrang sana.

"Mas, Chila baru aja disapa Ka Damar!!"
"Waduh, kamu tenang dulu. Kamu dimana sekarang?"
"Di toilet kampus, Mas. Mas dimana?"
"Aku lagi di warteg bawah, lagi makan. Kamu tunggu disitu aku kesana sekarang. Itung 5 menit yaa. Tenang.."
"Sip, hatihati mas"

Hmm, pada akhirnya pun aku menjadi sangat dekat dengan Mas Firman. Meskipun status kita tidak seperti statusku dengan Ka Damar. Semua orang keheranan dengan perubahan Ka Damar tempo hari. Tak cukup sampai disana, setelah perubahannya dari seorang bidadara menjadi layaknya Godzila, sekarang mendadak ia berubah kembali menjadi bidadara. Justru hal itu yang membuatku semakin takut dan tidak yakin. Aku takut kalau dia ternyata belum berubah, alias, metodemya supaya ia bisa membalas dendamnya kepadaku. Kali ini wajahku sudah sangat pucat pasi, ditambah keringat dingin ku yang terus mengucur membasahi baju dan jaket ini. Jaket biru muda dan putih bertuliskan "FARMASI" dan nama kampusku di dada sebelah kanan, serta tahun angkatan di lengan kanan. Tak sadar, sudah 2 tahun semenjak aku lulus, dan secara otomatis tak mendengar kabar, dan secara tidak langsung hidup "tenang" dengan Ka Firman.

Sudah 5 menit, tapi belum juga aku dengar tanda-tanda kehadiran Mas Firman. Aku kembali telfon dia, kali ini nada sambungnya cukup lama. 

"Chil, aku ga liat siapa-siapa disini, kamu keluar aja, ada aku ko"

Aku segera keluar dengan wajah sedikit lega namun tetap was was, Wajahku masih sangat pucat hingga tidak bisa Ka Firman bedakan mana kulit wajah mana bibir. Ia tertawa terbahak-bahak melihat wajahku yang sudah sangat seperti patung itu. Gerakanku juga mulai kaku. Namun dengan cepat Ka Firman merangkulku, "Chilaaaa kamu kok kaya manekin di factory outlet siih jahahha" 
"Daripada kaka, larilari dari kantin bawah kesini, tuhkan jauh banget huu"
"yaudah, kamu mau apa, eskrim? eh jangan deng, kamu kan baru sembuh yaa. Yaudah kita ngeramen aja yuk! kan kasian kamu butuh yang pedes biar cenghar lagi"
"Mas, aku ada kelas setengah jam lagi"
"ayok bentaran aja, janji 15 menit"
"Sip, 20 menit!!"
Rasanya memang sangat nyaman jika sudah dengan Mas Firman sambil bercanda. Sampai aku memesan 2 porsi karena memang kejadian tadi membuat aku kehabisan persediaan tenaga. Aku harus beberapa kali menarik nafas karena kadang aku lupa nafas. Ramen ini memang enak dan kesukaanku, original level 4. Sudah cukup membuat air mata mengalir deras..

Sebentar.. Itu.... "Mas Firmaan!! Ada Ka Damar!!"
"Mana sih?"
"Itu makan sendirian di pojok!!"
"Ohiya bener"
"Mas, ini udah 15 menit plis banget ayo balik!"
"5 menit lagi perjanjiannya"
"Yahhh maaas perjanjian awal 15 menit kan ayolaah"
"Ngga! tunggu dulu bentar maniis"
"Maaas mau nunggu apa lagi siih"
"Nunggu dia nyapa kita"
"Ih,, cari mati. Emang kaka kucing nyawanya ada 7!"

"Hey Chila.."
"Eh. Ka Damar, ketemu lagi"
"Mas Firman, apa kabar? Sekarang disini?"

"Iya, Mar, kedokteran, dibiayain sama ibunya Chila"
"Wah, keren banget, kapan yaa kita terakhir ngumpul bertiga kaya gini?"
"Udah lama yaa. Eh iya udah 20 menit Mas Firman janji.."

"Oke, Mar, aku anter Chila ke kelas dulu ya"
"Oh, iya, aku tunggu disiini, Mas"

Haduh, campur aduk, Mata kuliah Farmasetika yang cuma 4 SKS ini aku jalani dengan pikiran bercabang, kaya rambut.. bener bener gahabis pikir bisa-bisanya ketemu Damar lagi, dia mau ngapain sih disini? Masa iya dia balik dari Australia buat liburan? Mana ada bulan bulan gini kampus liburan? Atau jangan jangan dia kesini mau ngabarin tentang si Shinta itu -__- Kita lihat nanti deh.. Aku tanya aja ke Mas Firman ngomong apa aja. Jangan-jangan lagi pada adu jotos. Langsung aku curi-curi kesempatan. SMS Mas Firman..

"Mas, aku beres jam 2, plis bgt jemput aku di depan kelas!"

drett "Siap Nonaaa"

Huh, semoga aja gaada apa apa..

"mas, tadi ngomongin apa ajaa?"
"Ah, ngga ada apa apa, nanya kabar aja, kabar aku, kabar kamu.. Dia curiga kuliah disana cuma 3 taun, IPK dia yang sblmnya tinggi, IP dia skrg juga tinggi, artinya, 6 bulan lagi dia udah bisa balik Indonesia buat penelitian."
"Jurusan kalian kan sama, kenapa ga sharing aja sih?"
"Kan emang tadi kita sharing, daasar lemot"
"Ohh, sorii, trus dia cerita tntg Shinta ngga?"
"Dikit, dia blg Shinta tuh ternyata makhluk gapunya otak"
"Bener kan kata aku juga di guna-guna"
"Menurut kaka sih bukan diguna-guna, didoktrin"
"Ko tau?"
"Lah kan kemarin si Vicka yang bilang hasil dia nyari tau tentang Shinta lewat komputer, Shinta kan pinter cuci otak, secara, psikologi, tapi ambil sampingan ilmu hitam kan?"
"Vicka ga cerita ada ilmu hitamnya ah"
"Mas tau, masa lupa mas bisa liat"
"Oh iya bener, kenapa ga cerita aja dari dulu?"
"Mas kan takut pengelihatan Mas gamasuk akal kamu"

"Oh gitu.. Yaudah Chila ngantuk Mas, pulang yuk"
"Pantes dari tadi ganyambung. Yuk, pake jaketnya!"


Cuma itu aja toh..

Sampe rumah, bukannya dibukain Mbak Darmi, malah disambut sama Damar. Moodnya langsung ancur banget. Bikin trauma liat muka dia doang.

"Eh Chil pas banget baru sampe, Kaka mau minta bantuan"
"Aduh bantuan apa,Ka? Chila ngantuk banget smalem ga tidur"
"Oh yaudah deh lain kali aja"
"Ada Mas Firman tuh, Mas aku duluan yaa makasiih"

Senin, 01 September 2014

Life and Its Purpose

Innalilahiwainnailaihirajiun..

Salah satu teman sekolahku kemarin malam meninggal dunia..

Entah apa yang diinginkan kehidupan ini bila hanya diakhiri dengan kepergian tanpa berpamitan

Mungkin memang aku bukan teman yang kenal dekat dengannya. Tapi rasanya melihat sahabatku menangis begitu kehilangan membuat aku ikut terbawa suasana. Padahal rasanya aku bukan orang yang mudah menangis dengan hal-hal seperti ini. Yang aku tau bahwa kita hidup untuk mati. Kita mati karena kita hidup.

Pagi itu terlalu siang untukku menyimpan tas di bangku. Rasanya hari ini ada sesuatu yang aneh. Langit mendung dan bahkan sangat dingin menurutku. Datangnya sahabat ku yang lainnya, sebut saja namanya Acong (sebenarnya namanya memang Acong). Dia tertawa, setelah dia berada lebih dekat denganku, dia tengah menangis. Jarang sekali dia menangis seperti itu. Kemudian aku tanyakan ke sahabatku yang lain, sebut saja namanya Nisnud (lagi-lagi memang nama sebenarnya Nisnud) yang sedang mendampingi Acong. Aku bertanya "Kenapa?" .. "Khotib" "Hah??" "Khotib meninggal"

Pikiranku sejenak kosong. Rasanya baru kemarin anggota OSIS datang ke kelas kami untuk meminta sumbangan operasi Almarhum tapi kenapa dia malah pergi?

Aku langsung mengedarkan pandangku mencari tas sahabatku yang lain, sebut saja Cipa (namanya memang Cipa). Dia belum datang. Saat aku memastikan Acong sudah baikan aku mengajak sahabatku yang lainnya, Aley. Aku ajak Aley pergi ke luar kelas. Entah kemana. Berkali-kali Aley bertanya "Kita mau kemana? Kita mau ngapain?" Tapi aku hanya menjawab "Aku bingung. Aku bete." "Bete kenapa? Acong?" "Bukan" "Terus?" "Yaa bingung aja.."

Akhirnya aku memutuskan untuk membenahi kerudungku di kamar mandi tamu. Letaknya tidak jauh dari gerbang, sehingga aku bisa langsung menyambut Cipa saat dia datang. Rupanya, setelah aku keluar kamar mandi memang Cipa belum datang. Aku mengajak Aley kembali ke kelas. Letak kelasku "tusuk sate" dengan koridor Kantin, kalau ingin ke kelas pasti lewat Kantin dengan berbagai aroma yang menyenangkan perut karena masih pagi. Aku melihat di Kantin, Syahla, gadis manis cantik bertumbuh pendek dengan mata dan hidungnya yang sembab dan merah. Kami bertemu mata, kemudian aku segera menghampiri dia. Dia menghambur dan kembali menangis dengan begitu dalamnya. Aku memeluknya dan tak kuasa menahan air mata lagi. Rupanya batasku bisa menahan hanya sampai sini.

Aku tidak pernah kenal dia, tidak pernah berbicara dengannya, tapi kenapa aku merasa begitu sedih?

Aku memeluknya sambil berbisik sabar. Mengelus punggungnya yang mungil dan segera aku lepaskan pelukanku. Aku menyeka air mataku sebelum aku menjadi pusat perhatian siswa-siswa yang baru datang. Inez menghampiri dan berkata "Kaget yaa, cepet banget.."

Orang -orang baik biasanya akan dipanggil Allah secepatnya, atau dengan keadaan umur panjang.

Setelahnya aku sampai di kelas, lalu aku seperti orang linglung. Aku bingung aku harus melakukan apa. Kemudian aku keluar kelas dan menangkap sosok Cipa yang sedang menenteng helm dan jaketnya, menutupi wajahnya yang sudah merah jambu. Aku segera melihat mata sipitnya yang sembab. Dia menyambutku dengan sekilas senyum yang begitu menyayat. Air mataku tidak bisa terbendung.. Cipa adalah mantan Khotib. dan dia mengaku bahwa Khotib adalah mantan yang paling indah karena sholehnya. Cipa memang sudah punya pacar. Tapi sempat beberapa kali dia bercerita bahwa dia menyesal melepas Khotib, karena Khotib adalah sosok lelaki yang jumlahnya bisa dihitung jari di dunia ini. Baik, sholeh, berbakti pada orang tua, dan hal-hal lain yang membuat orang tuanya begitu bangga padanya.

Aku menangis karena Cipa menceritakan isi hatinya "Aku masih sayang sama Khotib.. Aku nyesel aku mau jenguk dia di rumah sakit tapi selalu ga sempet.. Dia bilang dia udah gabisa jadi pemain bola lagi.. Padahal itu hal yang paling dia mau.. Orang tuanya masih suka hubungin aku dan minta aku balikan sama Khotib.. Aku masih sayang sama dia.. Dia sempet bilang "aku ga kemana-mana, masih disini ko.."

Kata-kata itu mengalir begitu saja dengan suara yang tercekat dan membuat siapa saja yang mendengarnya merasa perih. Aku saja yang tidak kenal Khotib rasanya tidak ingin dia dipanggil begitu saja..

Lalu seketika aku ingat..

Malam saat Khotib meninggal. Aku sedang belajar matematika karena esok harinya aku harus ulangan. Saat itu masih jam 23.30. Semua orang di rumah sudah tidur, hanya aku yang masih terjaga karena sudah menabung tidur sebelum belajar. Tiba-tiba pintu kamarku terbuka dengan sendirinya, diiringi dengan angin yang begitu dingin menusuk. Aku segera keluar kamar dan mencari sumber angin mana yang kiranya bisa membuka pintu kamarku.. Aku cek semua orang, sudah tidur dengan suara dengkuran khas masing-masing. Aku cek semua pintu dan jendela, sudah aku pastikan tidak ada yang terbuka. Ditambah dengan pendengaranku yang tidak terdengar sama sekali ada angin besar. Lalu aku menunggu fenomena apa yang bisa membuat aku menerima ini dengan akal sehat, aku tunggu di depan kamar, aku tunggu angin yang sama yang kiranya bisa membuka pintu ini. Tapi tetap saja tidak ada, malah suasana di luar kamarku lebih hangat, tidak mungkin jika angin sedingin itu melewati kamarku.

Mungkin.. Itu yang namanya firasat..

Setelahnya, aku merasa menyesal dengan kejadian ini. Kenapa harus terjadi dan membuat Cipa begitu sakitnya.. Kenapa harus ada yang tersakiti saat yang lain pergi.. Kenapa kita harus tabah dan tegar saat air mata sangat sulit untuk dikendalikan.. Kenapa semua yang baik begitu cepat berlalu..

Buku Rantau 1 Muara memang masih menjadi favoritku. Aku ingat ada bagian yang menceritakan seseorang yang sangat berarti untuk pemeran utama, meninggal dunia sebagai korban dari runtuhnya Menara WTC 11 September silam. Dari sana, aku belajar bagaimana menghadapi suatu kepergian yang tidak pasti. Suatu kenyataan yang buram.

Allahumaghfirlahu warhamhu waafihii wa'fuanhu. Amin..

Jumat, 29 Agustus 2014

Man Saara Ala Darbi Washala (Rantau 1 Muara A.Fuadi)

Sejak detik aku melanjutkan membaca Rantau 1 Muara ciptaan seorang darah Minang yang luar biasa bernama Ahmad Fuadi yang merupakan lulusan Gontor, S1 UNPAD HI dan S2 Beasiswa Fulbright di George Washington University di Amerika. Ceritanya begitu menggebu, membuat aku ikut terbakar dalam semangat perjuangannya meraih cita-cita.

Mulai sejak Juli kemarin, semua ilmu yang ada di otakku akan aku gunakan untuk meraih satu cita-cita yang menjadi pilihan kepala-kepala pandai seluruh dunia. Kursi Perguruan Tinggi. Rasanya 8 bulan adalah waktu yang terlalu singkat. Jikalau aku bertemu jin teko Alladin, aku hanya akan meminta 1 permintaan, membuat 8 bulan terasa sangat lama bagiku.

Permintaan itu tidaklah mungkin. Allah rupanya lebih mendengarkanku dibandingkan jin teko Alladin. 8 bulan ini akan terasa sangat lama. Ini baru 3 minggu, dan rasanya sudah ingin menyerah saja.

Menyerah adalah extra option bagiku. Jika memang tidak bisa dipertahankan, menyiksa diri, untuk apalah. Tapi semua yang aku terapkan dalam hidup rupanya salah besar.

Jika pernah mendengar trilogi "Negeri 5 Menara', "Ranah 3 Warna, dan "Rantau 1 Muara", ini adalah bacaan favoritku. Belum ada buku lain yang membuat aku begitu mencintai dan mensyukuri semua nikmat Allah. Dalam Q.S Ar-Rahman sendiri jelas-jelas tertulis "Fa bi ayyi aa laa irabbikumaa tukadz dzibaan" diulang 31 kali dengan arti "Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?" . Untuk apa lagi aku mengeluh atas hal yang sebenarnya sudah sangat cukup untukku? Untuk apa lagi aku mencari hal yang sebenarnya sudah aku miliki? Kenapa harus aku keluhkan segala nikmat terselubung ini?

Awalnya, aku merasa bahwa sekolah sangat menyiksa. Rasanya di luar negeri tidak ada yang belajar se-ekstrim di Indonesia. Anak seumuran kami, 15-17 tahun sudah dituntut untuk mempelajari berbagai pelajaran eksak yang terlalu rinci. Untuk apa sekolah menghabiskan waktu hingga 8 jam, hingga tugas yang bahkan terasa mencekik. Banyaknya materi pembelajaran bahkan pelajaran itu sendiri mencapai angka 16 pelajaran dan tidak menutup kemungkinan untuk menjadi bertambah banyak.

Semua aku keluhkan. Tapi Dia, menertawakanku..

Hingga Allah memberikan aku jawabannya, lewat sebuah kupon Gramedia sebesar 25.000 yang berakhir masa berlakunya pada tanggal 31 Juli kemarin. Aku mengajak kakakku yang paling tampan itu ke Gramedia yang kemudian menraktirku hari itu. Dia membelikan aku novel yang sudah aku tunggu, lebih tepatnya menunggu kesanggupan rezekiku untuk membelinya. Setiap menyentuh bahkan melihat covernya saja, rasanya semua bulu di tubuh ini berdiri. Sebegitu dahsyatnya buku ini, begitu kokoh dan mendalam, berisi kejujuran yang selama ini aku hauskan. 

Beberapa kalimat menjadi penyemangat hidupku yang baru. Entah mengapa, hanya dalam 5 hari aku tamatkan novel itu, hidupku serasa menjadi selangkah lebih maju. Aku mulai merasa lebih dewasa secara batiniah. Semua yang menjadi pertanyaanku selama ini terjawab sudah. Di dalam buku itu, halaman 159, terkandung jawaban yang bahkan membacanya saja membuat aku menangis. Ini kutipannya : 

' "Ini adalah esensi dari filosofi Minang, bahwa alam terkembang adalah guru. Ini juga esensi dari syair tentang perantau dari Imam Syafii." Aku kemudian membacakan ke Dinara potongan syair yang menggetarkan itu, "... Merantaulah, kau akan mendapat pengganti kerabat dan teman... Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang..." '

Aku membaca kutipan di atas tepat saat jam menjelang istirahat sekolah, mataku berkaca-kaca sebelum aku dipanggil seorang temanku yang menanyakan apa yang sedang aku baca. 

Setelah aku membaca goresan tinta paling indah yang pernah aku lihat itu, hidupku berubah 180 derajat. Aku menjadi begitu rela berlelah-lelah menjalani rutinitasku. Tugaskah, belajarkah, tambahankah, bahkan ekstra waktu untuk solat pun menjadi aku lakukan dengan begitu ikhlasnya. Betapa kuatnya kutipan syair Imam Syafii itu untukku. Bahkan sekarang, aku mencari kesibukan sendiri, yang inti purpose nya adalah supaya aku lelah. Hanya itu tujuanku.

Aku ingat, malam itu aku baru saja pulang dari Inten. Semenjak kelas 12, kewajibanku bertambah, sekolah dari jam 6.30 - 14.45, dilanjutkan INTEN 15.30 - 18.35 dan aku melakukan itu tanpa diselingi pulang ke rumah. Barulah aku melepas rindu dengan kamarku jam 19.30 karena perjalanan berjuang bersama banyaknya orang kantoran yang baru pulang. Aku kehujanan. Di perempatan lampu merah SAMSAT dan Carefour, aku berhenti. Aku melihat motorku sendiri, aku melihat jam tanganku, aku melihat baju seragamku, aku melihat kaus kakiku yang sudah kotor kuyup karena air yang terciprat dari aspal Jalan Soekarno-Hatta, lalu aku tersenyum sampai gigiku dapat merasakan dinginnya Bandung. Inikah perjuangan orang sukses itu?

Aku memakai baju seragam itu selama 13 jam. Aku memaknainya "Ini adalah kali terakhir kamu menikmati putih abumu". Setiap harinya aku mengerjakan soal demi soal yang sulit dengan sabar seraya berkata "Ini tantangan terakhirmu di bangku kursi coklat kayu ini". Setiap saat aku memikirkan tentang gadget apa yang bisa menggantikan BB ku yang sebenarnya masih indah berumur 1,5 tahun ini. tapi hati selalu menyanggah "iPhone, lenovo, samsung, semua tinggal pilih. Saat kamu sudah duduk di kursi PTN yang menjadi pilihan penentu masa depanmu itu". Sedikit berlebihan tapi ini mampu membuatku tidak terbawa arus permainan "Let's Get Rich" yang kemudian aku beri nama "Let's Get Poisoned". Ini juga mampu membuat aku bertahan menghadapi soal Fisika, Kimia dan Matematika yang selalu aku panggil "Si Laknat" ini. Aku baru ingat, yang bisa melaknat ilmu ini adalah penemunya, bahkan dia pun belum tentu bisa melaknat karena yang sering melaknat dan selalu pamungkas hanyalah Allah.

Pada akhirnya aku sadar..

Semua yang aku lakukan, menjadi rutinitasku, adalah pilihanku sendiri. Mulai dari sekolah, kegiatan luar sekolah, bahkan sampai nonton film marathon pun itu adalah pilihanku. Bukankah tugasku disini hanya sebagai khalifah, menjadi hamba Allah dan belajar menuntut ilmu demi kenaikan derajatku?

--------------------------------------------------------------------------------------------------

Tadi aku baru saja membuka pintu pagar dan garasi, Ibuku baru saja pulang membawa makanan-makanan kesukaanku: siomay, tumis daun pepaya dan jengkol. Saat aku tengah mengaduk jengkol yang sedang aku panaskan karena takut basi untuk esok hari, Ayahku melihat ekor tikus di rak penyimpanan Tuppe*ware. Ini jagonya Ayah, gebukkin tikus sampai mampus. SUKSES! Setelah aku membantu memberikan space untuk Ayahku memukuli mangsanya alias kabur, aku melihat tikus itu jumpalitan dipukuli Ayah dengan sapu ijuk dan akhirnya, mati. Aku tertawa-tawa melihat Ayahku seperti baru saja kedatangan perampok yang kemudian berhasil ia habisi. Ia memukulinya dengan segenap jiwa raga, sampai aku bisa mendengar gemertuk gigi Ayah karena begitu "gemas"nya dengan tikus yang tidak terlalu besar itu.

Lalu, aku lanjutkan mengaduk. Tapi aku tiba-tiba berpikiran tentang tikus tadi. Jika aku berada di tempat yang tidak tepat dan melakukan hal yang tidak seharusnya aku lakukan, aku layaknya tikus tadi. Dianggap perampok dan dihabisi oleh pemilik tempatnya. Kalaulah aku masuk ke sebuah PTN favorit dengan minat tertinggi dan masa depan sangat jelas, tapi tidaklah sesuai dengan kondisi "siapa aku" alias tidak cocok dengan kepribadian dan kemampuanku, kemudian aku tidak bisa bertahan disana, rasanya bukanlah cita-cita semua orang. Beginilah cara Allah memberikan petunjuknya. Manusia yang perlu berlatih peka terhadap tanda-tandaNya yang begitu jelas.

Siapa yang berjalan di jalannya, akan sampai di tujuan.. Man Saara Ala Darbi Washala..

Rupanya, novel Rantau 1 Muara karya Bang Fuadi ini mampu membuatku lebih peka dan pandai menganalogikan berbagai peristiwa yang terjadi di sekitarku. Tak hanya itu, novel ini berkisah tentang bertemunya Bang Fuadi yang ditokohkan sebagai Alif, bertemu dengan belahan jiwanya. Itu yang membuatku merasa geli dan gemas setiap membacanya. Membuatku penasaran apakah calon mertuanya itu akan menyetujui pinangannya itu? Sayangnya ini lanjutan yang terakhir. Sebenarnya aku menanti buku lanjutannya, tapi yasudahlah, itu fungsinya syair Imam Syafii : "Merantaulah, kau akan mendapat pengganti kerabat dan kawan"

Negeri 5 Menara : Man Jadda Wajada... Siapa bersungguh-sungguh akan berhasil..
Ranah 3 Warna : Man Shabara Zhafira... Siapa yang bersabar akan beruntung..
Rantau 1 Muara : Man Saara Ala Darbi Washala... Siapa yang berjalan di jalannya akan sampai tujuan

Senin, 07 Juli 2014

Ba-Mbok (Bali)

Baru aja tanggal 27 Juni kemarin keluarga RHD (Raden Haji Djatmiko) *jiah* berangkat ke Bali (lagi)
Tapi kali ini tripnya lain, kalo kemarin kita ke Bali karena pemaksaan, iya aku maksa karena aku belum pernah ke Bali, sekarang kami kesana dengan misi sosial. Misinya adalah.... Menengok Pak Dokter yang Sedang Internship.

Sebenernya semua keluarga kami heran kenapa ko dokter yang satu ini mujur banget karena dimana-mana internship dokter tuh pasti di pelosok, tapi kali ini aku gangerti kakakku yang paling gagah ini internship apa liburan T_T mana temen 1 tim nya ganteng ganteng lagi *whushh*

Skip

Kami ambil flight siang, jam 12, kenapa? karena tiket promo yang paling murah berangkatnya siang, hehe. Jadi sampe disana jam 2an, setelah jumatan. Rasanya pengen segera foto-foto sama patung yang selalu pamer gigi taring, galupa sama sarung papan caturnya =))

Kami langsung diajak wisata kuliner ke daerah Uluwatu, Nasi Campur Bali. tempat ini ga sembarangan karena gaada babi dan yang paling enak diantara semua Nasi Campur. Ada ayam yang dibumbu rempah cabe, urap, dll. Sebenernya aku lupa Nasi Campur itu isinya apa aja karena itu luar biasa enak dan MURAH! Meskipun masuk ke gang gitu tapi emang dasar kaka aku udah 8 bulan disana jadi cukup tau medan, maaf, tau bali

Setelah itu kita langsung caw ke hotel. Ini bakal bikin kalian iri karena hotel kami cuma 300 meter dari Kuta :D Nama hotelnya adalah POP!. Tadinya aku ngehnya nulis nama hotel ini poop! jadi agak sedikit creepy ngebayanginnya. Ternyata, hotel ini satusatunya hotel yang paling moodboostering banget. Ada dua hal yang bikin aku seneng banget sama POP Hotel. Pertama, keluar dari lift, lorong hotelnya itu lucu. Aku hanya liat pintu-pintu kamar berjejer di sebelah kanan, sedangkan sebelah kirinya rata, kaya tembok, padahal banyak juga pintu kamarnya. Biasa aja sih tapi kalo aku jadi arsitek aku pengen rumah aku kaya gitu hahaha. Hal yang kedua.... KAMAR MANDINYA LUCU!!!!! Nyaris aku pikir  kamar mandi ini portable. mau nunjukkin fotonya tapi maafkan jaringan lgi lemot, bakal aku post belakangan ;) Aku sekamar sama kaka dan adikku. Udah ga risih sekamar sama cowok cowok ini, karena kadang kalo udah masuk lingkungan yang homey aku lupa kalo aku ini perempuan *creep*=))

Takut terlambat sunset Kuta, jadi kami menyudahi acara nonon jendela, alias ngeliatin orang lain di kamar lain, jail kan? Kami langsung ganti kostum pantai dan segera meluncur, ini juga agak serem, karena kita males jalan jauh, kita motong jalan, kita lewat tanah kosong yang udah banyak tumbuhan liar, setelah kita sampai jalan raya kuta, kaka aku baru cerita, ternyata tanah kosong tadi itu, bekas NGABEN. Shit ngga?@

Setelahnya, sampailah kami di KUTA, yesss kalo 3 taun yang lalu kita terlambat nikmatin sunset, yang satu ini kita tepat waktu!! ibaratnya 99% ketepatannya. langit udah mulai jingga dan masih ada bercak biru awan, warna langitnya mantul ke laut dan pasir yang basah bekas jilatan ombak. Dipinggirnya banyak bule yang main freesbee *is it right?* dan beberapa main bola. Yang lainnya, lagi pada minum minum bir bintang dengan kostum pantai yang agak ekstrim. Cuma underwear doang hahahaha ayah dan kaka aku kayanya baru aja cuci mata~

Kita mau foto ber5 tapi gabisa kan kalo kita berlima mau difoto smua yang megang kamera siapa? Jadi yaa berempat berempat, gantian gantian~ tetiba ada bule cewek manis banget yang tadinya lagi duduk sendirian dia berdiri ngeliat kami dan nawarin jasa untuk motoin kami. Tadinya aku dan kaka aku yang cowo punya feeling yang sama, kami udah siap jikalau dia bawa lari Nikon kesayangan kamii T_T Karena terlalu excited jadi aku dan kaka aku cuma nanya asal mereka dan "enjoy Bali" and kinda that stuffs~

setelah kami fotofoto dan sunsetnya udah abiiiis, udah capek kejar kejaran sama ombak, aku ngeliat bule itu masih ada. Aku minta kaka aku buat nyamperin bule itu dan ngajak foto bareng. Cewe itu dari Kanada,  waktu kita mau ngajak foto bareng ada temen cewenya yang sebenernya bajunya sekseh, aku ajak foto aja sekalian, pdhal dia baru minum 1/3 botol bir. Yahh kesempatan adik aku ikutan foto, ntar kalo ada kesempatan jaringan aku post fotonya yooo ;)

Setelahnya kami duduk di pinggir pantai sambil nunggu langit gelap. Kita juga ngeliatin mall baru yang ada di sudut lain Kuta, kalo ngarah ke pantai, di sebelah kiri. 3 taun yang lalu kami liat mall itu belum jadi. Sekarang udah jadi.. Nama mallnya Discovery. Setelahnya kami jalan ke mall beachwalk. kita ga lewat trotoar, kita mutusin buat jalan di pinggir pantai. Tau capeknya jalan di pasir sejauh itu kaya apa? -____-

Ternyata beachwalk ga beda jauh sama ciwalk -_- kita langsung minta dianter ke menu makan malam kita. Ternyata ada di tempat lain. Namanya AYAM TALIWANG!! hahaa ini the best, restoran ini eksis banget di daerah jalan diponegoro *kalo gasalah* sebrangnya persis Bank BTPN. Restoran ini pernah dikunjungi Pak SBY *sowhat* ENAK BANGET BRAY SUMVAH

Setelahnya, kita langsung pulang, kita harus siap fisik besok perjalanan jauh lagi...

Besoknya kita main ke Discovery.. Mall ini adalah satusatunya mall di Bali yang halaman belakangnya langsung nyambung sama laut. SO COOL MAN! ntar deh di post juga pemandangannya. Disini ada akses jalan setapak ngelilingi sepanjang pesisir pantai kuta, dari ujung samppe ujung *katanya. Pengen nyoba tapi sampe besok juga kaga kelar kayanya~

Setelahnya, kami langsung bawa sesajen kita ke mobil, karena kita akan menuju tempat terpencil yang paling indah di Bali. Sebelumnya kami harus menyapa menu makan siang kita. NASI PEDAS BALI. Sialan nih nasi bikin meleleh bibir, pedesnya gila. Begitu kalian masuk tuh kalian langsung dikasih pemandangan cabe rawit merah yang gendut gendut, ga cuma setumpuk, ini menggunung menjejer sepanjang meja prasmanan. Restoran ini prasmanan, kita pilih sendiri lauknya, trus ntar dia nanya "pake sambel ngga?" pasti kami bilang iya karena kami kan orang yang paling gila sama pedas.

Kami MENYERAH! Hanya ayah yang bisa ngabisin sambelnya, bahkan ngabisin jatah sambel mamah dan ade -_- Gila itu lidah apa sol sepatu T_T

Sepanjang jalan, aku mulesssss sampe harus berenti di beberapa SPBU hahaha

Oh iya, nama tempat terpencil nan INDAH ini adalah....

Senin, 10 Maret 2014

Ran(ng)cu

Assalamu'alaikum..
Aku punya sedikit keanehan disini..

Aku adalah salah satu orang yang mungkin bukan yang paling jujur di dunia. Tapi setidaknya, aku tidak membohongi kemampuan diriku sendiri tentang "SEKOLAH"

Banyak yang menurut aku rancu disini, mulai dari mereka yang bisa bisanya dapet nilai lebih bahkan setara sama aku saat keadaannya bahwa mereka sama sekali "ngga lebih pintar" dari aku.

Jelas, pr aja masih nyontek ke aku, kalo disuruh jawab soal aja ga bisa, gimana bisa aku dapet nilai 65 mereka dapet 76?

Guys, I won't be rude here but is there anyone who do the fucking same things?

If there's anybody there, please change..

Aku bukan mau bikin nilai kalian justru malah di bawah aku, memang bagus akhirnya kalian punya peningkatan, tapi bukan artinya peningkatan krna kalian kerja sama, nyontek, dan modal browsing pake handphone di kelas!

Jujur, saya -bahasa harfiahnya "terdzalimi"- begitu saya tahu banyak dari mereka yang memperoleh peingkatan karena bocoran soal serta handphone kalian yang mujarab.

Bukan sirik, tapi siapa sih yang mau dicurangi? Saya pikir, none of us..

Kalau memang kemampuan kamu berasa kurang, usaha dong, jangan cuma mau disuapin aja. Yang rugi bukan cuma aku dan orang orang lain yang juga merasa terdzalimi, tapi juga kamu sendiri!

Dengan enaknya kamu protes sama orang yang berani korupsi mau orang besar sape tetek bengek tapi kalian sendiri tega ngelakuin hal paling bodoh untuk orang dengan nilai segitu!

Pantes aja pendidikan Indonesia sejelek ini, orang siswanya aja gaada yang mau usaha!

Pikir lah baik baik, kalo emang kalian masih punya hati, jangan mau kegoda sama omongan setan sialan ga guna yang bikin kamu berani pake handphone dan nyari bocoran soal, demi Tuhan, itu adalah hal yang paling gabisa saya terima!

Bukan karena nilai aku jelek kalian bagus terus saya caci maki kalian, tapi pernah ngerasain kalian dateng sama saya karena kalian minta saya untuk mengerjakan pr kalian meskipun saya akhirnya ga ngerjain?

Tau rasanya seperti apa?

Kalau di dunia ini tidak ada Tuhan, kalau negara ini tidak punya hukum, sudah saya bunuh kalian satu satu. 

Tapi karena hukum masih berlaku (meskipun bisa dibeli), dan Tuhan masih setia memberikan karma yang luar biasa laziz untuk kalian kapok, saya rela ga bunuh kalian.

But, I'll kill you softly, I promise..

Saya ga butuh kalian jadi ngalah nilai krna saya, yang saya bisa buktiin, nantinya kalian akan kembali merengek untuk minta contekan latihan soal dan tugas ke saya, demi Tuhan ngga akan lagi saya kasih ke kalian yang saya tahu mengotori diri kamu sendiri karena ketidak mampuan kamu menghadapi godaan setan gendeng yang bisa ngerasukin diri kamu, mending kalo kamu pinter, kalo kamu kalah bodo sama udang?!

Saya harap, siapapun yang baca ini, bisa tau maknanya KEJUJURAN dan KEPERCAYAAN terhadap diri kalian sendiri. Bodoh untuk kalian mendzalimi diri sendiri dengan cara pembodohan yang sama sekali gaada bagusnya, sama seperti menjilat bokong sendiri. Sorry, I;m not trying to be rude but you are..

Wassalamu'alaikum..

Sabtu, 08 Februari 2014

Apologize

FINE! I'm sorry I didn't forget your birthday but I'm off at that day, it was a hectic day so I forgot to say happy birthday to you little sister :*
Fine, I hope for your best in everything, every single part of your day, fill up with happiness from everyone who loves you, and I know it might be millions of people love you :)

Semoga sukses dunia akhirat yaa calon penghuni surga yang cantik baik imut sholehah. Kapan kapan kita harus ketemu lagi. HARUS :---*

Best wishes for my little best friend, Fine Ayu Putri {} miss ya